PERKEMBANGAN INDIVIDU DARI ASPEK SOSIAL
A. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang unik, yang diciptakan Tuhan dengan segenap kesempurnaan, meskipun begitu manusia tidak mampu hidup sendiri, manusia hidup dalam komunitas yang saling membutuhkan, saling melengkapi karena itulah manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa : Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan social, bagaimana seharusnya seseorang hidup didalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas. Pada akhirnya pergaulan sesame manusia menjadi suatu kebutuhan.
B. MAKNA PERKEMBANGAN SOSIAL
Sudah menjadi keniscayaan, manusia akan selalu berkembang sebagai sebuah proses yang alamiah. Menurut Santrock (h. 20, 2002) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Pola gerakan adalah kompleks karena gerakan merupakan produk dari beberapa proses yaitu biologis, kognitif, dan sosial. Jadi perkembangan adalah suatu perubahan yang lazim dilalui semua individu akibat adanya pematangan dan pengalaman yang didapat dari interaksi antara proses biologis, kognitif, dan sosial.
Sedangkan Perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi; melebur diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.(Yusuf:2009:122)
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed), memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock (1996) tiga proses dalam perkembabangan sosial adalah sbb:
· Berperilaku dapat di terima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima sebagian
· Memainkan peran di lingkungan sosialnya
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.
· Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompok Sosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada proses yang lebih luas dan kompleks. Perkembangan tersebut adalah sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan perkataan lain perjalanan hidup manusia ditandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus ditempuh. Diakui bahwa organisme manusia sangatlah kompleks, demikian pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Kompleksnya interaksi tiap individu dengan lingkungannya akan menggambarkan banyak jenis pengalaman yang berbeda-beda yang pada gilirannya akan bisa mengubah intensitas nilai tehadap dirinya dan terhadap orang lain. Kenyataan ini semakin terasa dalam struktur masyarakat dewasa ini.
Untuk itu disini akan diuraikankan faktor-faktor yang mempengaruhi pengkembanga induvidu dalam aspek sosial. Pada dasarnya setiap fase perkembangan individu secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangannya yaitu faktor internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yaitu faktor dalam diri individu itu sendiri, atau yang disebut dengan bakat, bakat alam yang dibawanya sejak lahir, ini adalah kanunia dari Tuhan yang sudah tidak bisa diutak utik lagi. Sedangkan Faktor eksternal antara lain dipengaruhi oleh:
1. Faktor Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan individu, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
Pengertian keluarga disini menurut Syamsu Yusuf (2009:36) membagi keluarga dalam dua bentuk atau pola keluarga yaitu: 1). keluarga inti (nuclear Family) yaitu terdiri atas suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan anatara keduanya dan yang belum berkeluarga. 2). Keluarga Luas (Extedted Family) yaitu yang anggota keluarganya tidak hanya meliputi suami, istri, dan anak-anak yang belum berkeluarga saja, tetapi juga kerabat lain yang biasanya tinggal dalam rumah tangga bersama seperti mertua, adik, kakak ipar atau lainnya bahkan mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain yang ikut menumpang.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku sosial akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Tingkat ekonomi secara tidak langsung tetap akan mempengaruhi pola sosialisasi. Sehingga ada istilah si kaya dan si miskin, namun ketika perbedaan tingkat ekonomi dan perbedaan yang lain mampu kita sikapi secara arif dan positif maka tidak akan ada lagi kesenjangan, justru berbedaan itu merupakan rahmatan lil alamin.
3. Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan merupakan faktor yang turut mempengaruhi perkembangan sosial, Pendidikan mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dengan lingkungannya. Kecenderungannya tingkat pendidikan yang tinggi, atau pengetahuan yang luas maka seseorang akan semakin memahami bagaimana harus memposisikan diri dalam lingkungan sosialnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan membuatnya lebih bijak dan bisa berinteraksi sosial dengan baik.
4. Faktor Lingkungan Sosial.
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan perkembangan sosial yang berbeda. Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya.
lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, berfungsi sebagai control sosial. Agar perilaku-perilaku sosial yang negatif bisa teredam dengan segera.
D. Proses Perkembangan Sosial Pada Setiap Periode Perkembangan
Dalam perkembangan manusia dialami sepanjang rentang kehidupan manusia yaitu ketika terjadi konsepsi sampai saat bayi lahir yang disebut sebagai masa prenatal, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa. Masing-masing tahapan perkembangan ini memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain.
Karena memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain maka dalam setiap periode perkembangan juga memiliki problem sosial yang berbeda pula. Entah masalah yang dialami maupun masalah sosial yang muncul ketika memasuki periode perkembangan tertentu.
A. Periode Perkembangan dalam Kandungan (Pra-Natal)
Pada masa periode ini, beberapa problem sosial dialami secara tidak langsung yaitu melalui perantara ibu yang hamil. Problem sosial yang dialami oleh ibu hamil juga dirasakan secara tidak langsung oleh anak pada masa pra natal. Salah satu problem sosial ini adalah: keadaan emosi seorang ibu.
Maksudnya adalah keadaan emosi yang dialami juga dirasakan oleh ibu, entah karena disebabkan terjadi masalah dalam keluarga, ataupun masalah sosial mengenai kehamilan ibu (hamil diluar nikah). Perubahan emosi pada ibu hamil menurut penelitian menyebabkan susunan saraf otonom akan melepaskan beberapa zat kimiawi ke dalam aliran darah, sehingga metabolisme dalam tubuh akan mengalami perubahan. Dengan begitu, akan terjadi perubahan sistem sirkulasi pada janin, dan akan mengganggu perkembangan janin. Apabila hal ini terjadi dapat mempengaruhi emosi janin, karena emosi janin sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu saat mengandung. Menurut Hurlock (2006:28) pada saat ini sifat-sifat bauran yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya, diturunkan sekali untuk selamanya, oleh karena itu meskipun bayi didalam kandungan belum bersinggungan dengan lingkungan sosial secara langsung namun dia akan tetap menerima respon-respon dari luar yang diterimanya, dan mulai saat inipula kita sudah harus mulai memberikan pendidikan sebagai dasar atau pondasi dalam kehidupannya kelak.
B. Periode Perkembangan Masa bayi
Periode masa bayi berlangsung saat bayi baru lahir hingga usia 2 tahun. Pada masa ini, bayi banyak melakukan eksplorasi terhadap banyak hal. Dimana terdapat berbagai resiko, untuk itu dalam masa ini bayi masih sangat ketergantungan terhadap orang lain. Untuk itu, dalam masa ini juga bayi sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang diterimanya. Dan juga masa ini juga menjadi dasar dalam masa mendatang, untuk itu pengaruh sosial yang diterima bayi haruslah memberikan contoh yang baik.
Sosialisasi awal bayi bisa dimulai sejak awal kehidupannya. kontak mata ternyata memainkan peranan yang begitu penting dalam interaksi sosial awal (Fogel, Toda & Kawai, dalam Santrock :1995)
pengalaman social yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan social dimasa depan dan pola perilaku terhadap orang-orang lain. Dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak.
pengalaman social yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan social dimasa depan dan pola perilaku terhadap orang-orang lain. Dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak.
Penelitian tentang penyesuaian social anak-anak yang lebih besar dan bahkan perilaku remaja menunjukkan pentingnya peletakan dasar-dasar sosial pada masa bayi. Menurut Hurlock: 1996 hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama; jenis perilaku yang diperlihatkan bayi-bayi dalam situasi social mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Alasan kedua mengapa dasar-dasar social yang dini itu penting adalah bahwa dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak menjadi lebih besar. Anak yang pada saat bayi banyak menangis cenderung agresif dan menunjukkkan perilaku-perilaku yang mencari perhatian lain. Sebaliknya bayi-bayi yang ramah dan lebih bahagia biasanya penyesuaian sosialnya lebih baik apabila telah menjadi besar nantinya.
3. Periode Perkembangan Masa Kanak-kanak
Pada masa ini berlangsung pada usia 2 tahun sampai 11 tahun, dimana perkembangan daya pengamatan dan masa keindahan sedang berkembang. Masa ini anak suka mengamati dunia luarnya, serta suka mendengar cerita yang sesuai dengan fantasinya.
Sikap anak-anak terhadap orang lain dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Maka ada empat faktor yang mempengaruhinya :
Pertama, kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan ksempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya yang berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama, anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
Ketiga, anak akan belajar bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikan kelompok sosialnya kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan yang tepat adalah penting. Dengan metode coba ralat, anak akan mempelajari beberapa perilaku yang penting bagi perilaku sosialnya.
Dalam masa ini, merupakan masa dimana anak belajar atau menyukai bergabung dalam sebuah kelompok. Diawali dengan keinginan kontak sosial dengan anak lain dan bermain. Masa ini juga sering disebut sebagai masa bermain, karena anak lebih senang untuk bermain-main dengan anak-anak lain. Perilaku sosial pada anak muncul disebabkan dengan meniru perilaku orang lain, belajar model dari teman.
Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya, juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit, karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, prilaku dan nilai bagi anak.
Akhir masa anak-anak sering disebut sebagai ”usia berkelompok”, (geng) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Ia merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan angota keluarga. Anak ingin bermain bersama teman-teman sekolahnya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya tersebut.
Sosialisasi anak di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik dan biasanya diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain.
Pada saat mereka melakukan kegiatan biasanya anggota kelompok terdiri dari teman yang sama jenis kelaminya daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Pada masa akhir anak-anak mereka telah menjalin persahabatan dengan teman sebaya dan mulai memasuki usia gang, yaitu usaha yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat dan telah menjadi pribadi sosial yang merupakan salah salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.
Kebutuhan berkelompok ini menurut harlock: 2006 disebut sebagai ”Geng anak”. Geng pada masa kanak-kanak merupakan suatu kelompok yang spontan dan tidak mempunyai tujuan yang diterima secara sosial. Geng merupakan usaha anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Geng memberikan pembebasan dari pengawasan orang dewasa.
Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, diantaranya adalah:
1. Menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua, sehingga akan memperlemah ikatan emosional antara kedua pihak.
2. Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin meluas. Hal ini disebabkan karena anak perempuan mencapai masa puber lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Sehingga anak perempuan akan tampil lebih dewasa dibanding anak laki-laki.
3. Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda sehingga sering terjadi prasangka dan diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial, agama dan sosial ekonomi.
4. Seringkali bersikap kejam terhadap anak-anak yang tidak dianggap sebagai anggota geng. Banyaknya rahasia yang ada diantara anggota geng dimaksudkan untuk menjauhkan anak yang tidak disenangi. (Hurlock:2006)
Secara umum Syamsu Yusuf merinci Bentuk-bentuk tingkah laku social pada anak adalah sebagai berikut:
a. Pembangkangan (negativisme) yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak
b. Agresi (Agression) yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginan) yang dialaminya.
c. Berselisih/bertengkar (quarreling) terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d. Menggoda (teasing) yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Merupakan serangan mental terhadap orang lain sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.
e. Persaingan (rivaly) yaitu keinginan untuk selalu melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) orang lain.
f. Kerjasama (Cooperation) yaitu sifat mau bekerjasama dengan kelompok. Mulai usia empat tahun anak sudah mulai menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap kerjasama ini semakin berkembang menjadi lebih baik.
g. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior) yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial menguasai atau bersikap “bossiness”
h. Mementingkan diri sendiri (selfishness) yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya.
i. Simpati (sympathy) yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengannya.
4. Periode Perkembangan Masa Remaja
Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan individu yang sering disebut sebagai masa rawan atau masa kritis. Dimana secara fisik dia sudah mulai tumbuh sebagaimana orang dewasa tapai secara emosional dia masih labil. Masa remaja memiliki ciri yang berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya, sehingga masa remaja menjadi menarik untuk dibicarakan. Usia masa remaja dimulai pada usia 11 tahun sampai dengan 18 tahun.
Problem sosial yang sering muncul pada masa ini adalah remaja lebih berkelompok dalam sebuah “geng” dimana rasa solidaritas remaja dituntut di dalam “geng” tersebut. Selain itu remaja juga cenderung merasa ingin untuk diperhatikan oleh orang lain dengan cara menonjolkan diri dan menaruh perhatian kepada orang lain. Dan juga remaja juga sering untuk menerima aturan serta berusaha menentang otoritas untuk urusan pribadinya.
Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar berorganisasi, memilih pemimpin dan mematuhi aturan kelompok. Sekalipun dalam hak-hal tertentu tindakan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku di masyarakat, karena yang lebih diperhatikan adalah keutuhan kelompoknya. Didalam mempertahankan dan melawan “serangan” kelompok lain, lebih dijiwai keutuhan kelompoknya tanpa memperdulikan objektifitas kebenaran. (Sunarto;2008)
Perkembangan sosial pada masa remaja dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua.
A. Kelompok Teman Sebaya
Percepatan perkembangan pada masa remaja mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah mampu menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya. Seiring dengan itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum remaja adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan.
Masa-masa awal perpindahan dari anak-anak menjadi seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola pribadi. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan diri.
B.Melepas dari orang tua
Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial pada milienu orang tua. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, (wangmuba:2009) diantaranya:
· Perbedaan standar perilaku
Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern. Mereka mengharapkan agar orang tuanya mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern.
· Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonominya tidak memungkinkan mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya. Seperti pakaian, sepatu, accecoris,dll. Pada usia ini ia paling tidak suka jika diperintah mengerjakan pekerjaan di rumah.
§ Prilaku yang kurang matang
Biasanya orang tua mengembangkan pola menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab dan jajan semaunya. Pelarangan dan menghukum membuatnya benci kepada orang tua.
· Masalah palang pintu
Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia berhubungan, terutama dengan lawan jenis.
· Metode Disiplin
Jika metode disiplin yang diterapkan orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan maka remaja akan memberontak. Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua dominan daripada lainnya. Hal ini menyebabkan pola asuh cenderung otoriter.
Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun pada kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik masih bergantung kepada orang tua.
Menurut Maccoby (1984) sistem hubungan orang tua dan anak dalam keluarga berubah dari hubungan regulasi menjadi hubungan yang coregulasi., dimana dalam hal ini orang tua telah makin memberikan kebebasan untuk menentukan sendiri pada anak. Hal ini bukan berarti menghalangi hubungan yang koperatif antara orang tua dan anak-anaknya. Biasanya komunikasi yang terjalin dengan ibu jauh lebih dekat daripada dengan ayah. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan permasalahan dengan ayah perasaan remaja dalam hidup di masyarakat.
Pada anak wanita pelepasan ini agak lebih sukar hal ini disebabkan adanya interaksi antara sifat kewanitaanya dengan nilai-nilai masyarakat di sekelilingnya. Di Indonesia khususnya dalam masyarakat Jawa anak wanita diharapkan untuk mencintai orang tua dan keluarga dalam arti yang lebih,misalnya merawat, memelihara dan bertanggung jawab terhadap rumah dan keluarga. Namun demikian bukan berarti bahwa anak wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam masyarakat.
Dalam masa remaja ini , keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya sendiri.
Jarak antar generasi yang dimaksudkan disini bukan berarti bahwa tidak ada hubungan baik. Memang pada kenyataannya pada usia anak seperti ini orang tua sering tidak mengerti melakukan hal-hal yang tidak seperti mereka harapkan. Biasanya pada saat ini mulai muncul bibit-bibit pertentangan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan pendapat antara anak dan orang tua antara lain penampilan, pemilihan teman, jam pulang sekolah yang tidak tepat, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, dll. Memang pada saat ini remaja lebih progresif dibandingkan orang tuanya.
5. Periode Perkembangan Masa Dewasa
Pada masa dewasa ini, individu telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja.
Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin.
Bagaimanapun pola hubungan social dalam periode dewasa ini sangat dipengaruhi oleh status kelas social seseorang (Hurlock:2006) mereka yang status social ekonominya tinggi akan lebih aktif pada masa usia tersebut dibandungkan dengan mereka yang status social ekonominya rendah
Masa dewasa juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress.
Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.
C. KESIMPULAN
a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda.
b. …………………………….
c……………………………………….
Daftar Pustaka
Achmad Mk (2009). “Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan awal peserta didik. Dalam http:// One.indosripsi.com
Faiz mh (2009). “Problem – Problem perkembangan social pada setiap periode perkembangannya”, dalam http://Faiz perjuangan.wordpress.com. (on line 18 oktober 2009)
Fitri (2009), Perkembangan social anak-anak, dalam Http:/dunia Psikologi. Dagdigdug.com.(online 19 Oktober 2009)
Hurlock, Elizabeth, B., Perkembangan Anak, (Jakarta :Erlangga,1993)
Hurlock, Elizabeth, B., Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 2006)
Santrock, John W, Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup,Edisi 5 Jilid I (Jakarta, Erlangga:1995).
Sunarto Prof. Dr.H & Hartono, Dra.Ny. B.Agung, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, Rineka Cipta:1995)
Yusuf, Syamsu Dr.H. M.Pd, Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, (Bandung, Remaja Rosda Karya: 2009)